Thursday, November 2, 2017

Published 9:38 PM by with 0 comment

BUDIDAYA IKAN KOI


Indonesia merupakan negara yang perairannya mempunyai berbagai macam jenis ikan bernilai jual tinggi. Salah satunya adalah ikan koi (Cyprinus carpio). Ikan koi memiliki ciri khas warna yang menarik dengan variasi jenis yang beranekaragam. Secara garis besar ikan koi diklasifikasikan dalam 13 kategori yaitu Kohaku, Sanke, Showa, Bekko, Utsurimono, Asagi, Shusui, Tancho, Hikari, Koromo, Ogon, Kinginrin, dan Kawarimono.

ASAL MULA IKAN KOI :
Ikan koi adalah ikan nasional Negara Jepang. Di sana koi diangap sebagai ikan dewa. Di Negara tersebut koi disebut kai yang artinya ikan berwarna. Ikan koi masuk ke Indonesia diperkirakan tahun 1981-1982 yang dibawa oleh Hany Moniaga, hobiis yang tinggal di Cipanas, Cianjur, Jawa Barat. Ia kemudian mengembangkan peternakan koi yang diberi nama Leon dan Leonny. Koi pertama itu panjangnya 90-100 cm, berumur 50-75 tahun. Sejak itulah koi populer di Indonesia dan belakangan menjadi buruan hobiis hingga saat ini.
Ikan koi termasuk jenis ikan yang mudah dipelihara. Makanannya tidak selalu harus spesial karena termasuk binatang pemakan tumbuh-tumbuhan dan hewan ( omnivira). Umur ikan koi bisa bertahan sampai puluhan tahun. Beberapa penjual mematok harga mulai dari Rp 50 ribu hingga mencapai Rp 8 Juta. Hebatnya, harga koi juara kontes dapat menembus ratusan juta rupiah. Koi terbaik adalah yang memiliki intensitas, keseimbangan dan kejernihan warna terbaik.

CARA BUDIDAYA :
1)      Pemilihan lokasi dan konstruksi wadah
Ikan koi secara alami hidup di air deras sehingga membutuhkan air jernih dan berkadar oksigen tinggi. Pemeliharaan ikan koi yang terbaik adalah di kolam sehingga mudah mendapatkan makanan alami dan sinar matahari untuk merangsang pewarnaan tubuh. Koi berukuran kecil dapat ditempatkan di akuarium, walaupun ini tidak dapat menjadi habitat permanen. Bila dipelihara dalam kelompok, koi akan belajar untuk tidak mengganggu ikan yang berukuran sama, tetapi memakan ikan yang lebih kecil.
2)      Teknik Budidaya
*      Kualitas air :
  • *      suhu air berkisar 24-26oC,
  • *      pH 7,2-7,4
  • *      O2 minimal 3-5 mg/l,
  • *      CO2 maksimal 10 mg/l,
  • *      nitrit maksimal 0,2

*      Pakan
Koi adalah bottom feeder (pemakan di dasar) dan omnivora (pemakan segala). Sumber protein utama adalah formulasi kombinasi antara bahan nabati dan bahan hewani serta multivitamin dan mineral seperti Ca, Mg, Zn, Fe, Co sebagai pelengkap pakan.  Kualitas pakan sangat menentukan tampilan warna sebagai daya tarik ikan koi sendiri, sehingga banyak upaya telah dilakukan dengan menggunakan bahan pakan yang mengandung zat pigmen seperti karotin (warna jingga), rutin (kuning) dan astasantin (merah). Jumlah pakan diberikan berdasarkan jumlah ikan (bobot biomassa) dalam kolam dengan kisaran kebutuhan 3-5 % per-hari, dengan frekuensi pemberian 2-3 kali per-hari hal ini juga disesuaikan dengan kondisi ikan dan media air pemeliharaannya. Pakan buatan untuk pembesaran koi dapat diberikan dalam bentuk butiran (pellet).
*      Pakan alami atau pakan hidup: cacing darah, cacing tanah, daphnia, cacing tubifex cocok diberikan pada benih koi (hingga bobot 50 g/ekor) karena lebih mudah dicerna oleh benih sesuai dengan kondisi sistem pencernaan, selain itu koi juga dapat memakan fitoplankton dalam kolam.
Koi yang dipelihara di kolam Lumpur ternyata memiliki kualitas warna yang lebih cemerlang dibandingkan dengan yang dipelihara di kolam tembok. Ternyata ikan koi tersebut banyak menyantap ganggang yang memang  tumbuh di Lumpur yang mengandung banyak zat karoten.
  • *      Pembenihan

*      Kolam
1)      Kolam pemijahan harus mempunyai pintu pemasukan dan pintu pengeluaran air tersendiri. Selain itu, seluruh kolam harus diplester dan bisa dikeringkan dengan sempurna. Untuk kolam sempit dapat menggunakan kolam seluas 3-6 m2 dengan kedalaman 0,5 m. Lokasi kolam cukup mendapatkan sinar matahari, tidak terlalu ribut, terlindung dari jangkauan anak-anak dan binatang peliharaan lain.
2)      Sediakan kolam penetasan telur dan perawatan benih. Kolam penetasan, bentuknya bisa persegi panjang atau bulat. Kolam bulat diameternya antara 1,5-2 m.
3)      Sediakan kolam untuk menumbuhkan pakan alami yang dipakai untuk mensuplai pakan benih jika kuning telurnya telah habis. Kedalaman kolam sekitar 30 cm. Luas kolam antara 6-10 m2, cukup memadai.
4)      Dinding kolam bisa dilapis vinil yaitu bahan yang biasa untuk membuat bak fiberglass. Dengan lapisan vinil, kolam-kolam tersebut lebih terjamin kebersihannya dan efek dari semen bisa dihilangkan.
*      Indukan dan Pemijahan
Induk yang baik adalah yang memiliki pola warna bervariasi yang cerah simetris dengan bentuk tubuh seperti terpedo dengan berat badan minimal 1 kg. Secara alami, ikan koi memijah pada musim semi dan menjadi matang gonad dengan menaikkan suhu air. Induk jantan dan betina ditempatkan dalam wadah terpisah (untuk menghindari bertelur yang tidak diinginkan) dan tidak diberi pakan selama beberapa hari.
Koi dapat memijah secara alami dan buatan yaitu dengan rangsangan hormon yang disuntikkan pada tubuh induk betina untuk mempercepat proses pembuahan. Penyuntikan Pituitary Gland (PG, nama dagang ovaprim) dengan dosis 0,2 mg/kg bobot ikan untuk satu kali penyuntikan.
Ovulasi akan terjadi 10 jam setelah penyuntikan. Sistem pemijahan tanpa pengurutan/stripping ini disebut pemijahan semi alami yang lebih aman karena tanpa melukai ikan. Bila ikan sulit melakukan pemijahan alami sehingga perlu bantuan proses pembuahan buatan, maka dilakukan pengurutan telur dan sperma (stripping) yang merupakan pilihan terakhir.
Induk betina dalam sekali pemijahan dapat menghasilkan 75.000 telur/kg berat badan. Perbandingan jumlah induk dalam proses pemijahan adalah 2 betina dan 1 jantan. Biasanya telur yang dikelurkan oleh induk betina menempel pada substrat (injuk) yang segera dibuahi oleh sperma jantan. Setelah telur dibuahi sebaiknya dipisahkan dari induk, dengan memindahkan induk dari wadah pemijahan atau sebaliknya telur yang diangkat dan dipindahkan kedalam wadah penetasan.
  • *      Pendederan

Telur yang sudah dibuahi akan menetas setelah 24-48 jam tergantung suhu. Selama penetasan, kepadatan telur adalah 1 kg per 5 liter air. Larva yang baru menetas belum memerlukan pakan selama 3-4 hari, karena masih mempunyai kantong kuning telur.
Menjelang kuning telur habis, perlu diberikan pakan alami berupa naupli artemia atau pakan alami lainnya yang seukuran. Kemudian secara bertahap dapat diberikan pakan buatan berupa butiran kering(pellet). Dalam 5 hari sesudahnya 1 juta larva memerlukan 7 kg artemia, atau sekitar 0,5-2 kg per hari. Pada tahap ini larva ditebar pada kepadatan 20-40 larva/liter. Untuk menghasilkan 1 juta fingerling memerlukan sekitar 25kg telur artemia. Sintasan selama 9 hari adalah 50-80%. Ikan yang seberat 10 mg dapat dijual seharga US$ 0,25 atau sekitar Rp. 2.500,-.
Larva yang berbobot 0,25 g diberikan pakan buatan (butiran) kering dan dapat didederkan ke kolam hingga ukuran fingerling (2 gram). Pendederan terbagi atas 2 tahap yaitu pendederan I selama 2 bulan pemeliharaan hingga larva mencapai ukuran fingerling (2-3 cm). Pendederan II dilakukan dalam kolam yang diolah untuk menumbuhkan pakan alami dan dilakukan seleksi dan penjarangan (mengurangi kepadatan). Penjarangan bertujuan untuk memberi ruang gerak yang cukup bagi ikan koi. Seleksi bertujuan untuk mendapatkan ikan Koi berkualitas baik.
Waktu yang diperlukan dari telur hingga mencapai ukuran fingerling (2 gram) adalah 6-8 minggu dengan nilai sintasan (SR) 55%. Sedangkan untuk mencapai ukuran 5-8 cm diperlukan waktu 4 bulan. Kualitas ikan koi (pola dan warna) bergantung dari tetuanya. Dari hasil seleksi ukuran fingerling, yang afkir mencapai 25-50%. Dari 1 juta telur dapat dihasilkan 225.000-338.000 ekor fingerling berkualitas baik (22–33 %).
  • *      Pewarnaan

Kualitas koi ditentukan oleh pola warna, kesesuaian jenis koi dan kejelasan warna. Kromatofora menghasilkan warna juga dipengaruhi otak ikan. Ikan pada wadah gelap cenderung berwarna gelap, begitu pula sebaliknya. Warna dapat berubah bila ikan mengalami stres. Biasanya ikan yang tumbuh lambat mempunyai warna yang lebih baik daripada ikan yang tumbuh cepat. Seumur hidupnya, ikan koi dapat menyimpan dan menggunakan pigmen. Intensitas warna tergantung dari jumlah pigmen dalam kromatofora. Pigmen dapat muncul dengan adanya karotenoid dalam pakan.
  • *      Pra Panen

Koi tumbuh sekitar 2 cm per bulan dan pada usia 60 tahun dapat mencapai panjang hingga 1 m. Bila ikan Koi telah mencapai ukuran pasar yaitu 20 cm dapat dipanen dan dilakukan seleksi akhir, dengan memisah-misahkan jenis, ukuran dan pola warna tubuhnya.
Dalam penampungan akhir ini, ikan dapat diperbaiki bentuknya, jika terlalu gemuk dibuat langsing atau yang terlalu kurus dibuat lebih gemuk. Pemeliharaan berikutnya diusahakan tidak terlalu padat, akan lebih baik jika dalam bak dilengkapi aerator sehingga kesegaran air terjamin dan dengan pemberian pakan yang baik dapat meningkatkan kualitas warna tubuh ikan Koi.
*      Persyaratan Eksport
Eksportir harus memiliki syarat izin dari Dinas Perdagangan yang dibuktikan dengan dokumen IKIS ( Izin Instalasi Karantina Ikan Sementara ), Hasil Uji PCR (Polymerase Chain Reaction), untuk deteksi penyakit ikan dan dokumen bea cukai di bandara.
Standar ikan yang akan diekspor antara lain kondisi sehat dengan ciri diantaranya bentuk tubuh ideal dan proporsional, Sirip sempurna seperti tidak ada bengkok, tidak cacat, rusak, robek atau patah. Kondisi sisiknya utuh tidak ada yang lepas, mengkilap dan berkilau bila terkena sinar. Ikan Koi diperiksa di laboratorium oleh Badan Karantina untuk di cek apakah benar – benar sehat dan tidak berpenyakit. Bila ikan dinyatakan sehat, Badan Karantina akan mengeluarkan  Surat Keterangan Layak Ekspor.

Badan Karantina kemudian mengemas ikan hias dalam plastik, Styrofoam, dan Hard Carton. Dalam satu kantong plastik ukuran 20 liter diisi air dan oksgen dengan perbandingan 2:3 untuk 20 ekor ikan Koi ukuran 8 cm. Pengiriman ikan Koi ini dilakukan dengan menggunakan jalur udara.
      edit

0 komentar:

Post a Comment