Friday, October 7, 2016

Published 4:44 PM by with 0 comment



Seperti yang kita ketahui, Energi yang berasal dari laut (ocean energy) dapat dikategorikan menjadi tiga macam, yaitu energi ombak (wave energy), energi pasang surut (tidal energy),dan energi panas laut (ocean thermal).
Energi dari panas laut, dikenal dengan sebutan Ocean Thermal Energy Conversion (OTEC), adalah salah satu sumber energi yang potensial dikembangkan di Indonesia, mengapa? karena Indonesia berada kawasan khatulistiwa dimana ada perbedaan suhu sepanjang tahun mencapai 20 derajat celsius. Menurut TU Delft Belanda, Indonesia memiliki potensi energi laut hingga 35 kW per meter garis pantai, yang terdiri dari energi gelombang, arus laut, pasang surut dan OTEC.
Sedangkan khusus untuk panas laut, Potensi yang dimiliki Indonesia hingga 2,5 x 1023 joule dengan efisiensi listrik 3 persen alias hampir setara 240.000 MW.
OTEC memanfaatkan energi matahari yang diserap lautan dan dengan pertukaran panas antara air hangat di permukaan laut dengan air dingin di laut dalam, mengubah panas menjadi listrik sesuai dengan Siklus Rankine.
Dari sisi investasi, biaya investasi energi laut adalah 500-1.000 dolar AS per kW dengan harga per kWh sebesar 0,045 – 0,09 dolar AS. Angka ini cukup bersaing jika dibandingkan sumber energi terbarukan lainnya. Pembangkit listrik tenaga air skala besar, misalnya, membutuhkan biaya 1.500-2.000 dolar AS/kW, mini/mikro hidro 1.000-2.000 dolar AS/kW, panas bumi 910-1.500 dolar AS/kW.
Sebagai negara kepulauan terbesar, potensi energi laut yang dimiliki Indonesia terbentang mulai dari selatan Pulau Sumatera, Jawa, Bali, Nusa Tenggara, Laut Sulawesi yakni antara Pulau Kalimantan dan Sulawesi, Laut Banda (Kepulauan Maluku) hingga Laut Arafura.
Potensi inilah yang mendorong beberapa orang Indonesia, pada tahun 2011, mendirikan Asosiasi Energi Laut Indonesia disingkat ASELI atau Indonesian Ocean Energy Association disingkat INOCEAN. Organisasi yang memperjuangkan pemanfaatan energi laut secara luas ini didirikan oleh para profesional dan tenaga ahli seperti Prof.Dr.Ir. Mukhtasor, Dr. Herman Darnel Ibrahim, Drs. Yanuardi Rasudin, Dr. Erwandi, Dr. Aryo Hanggono, dan Dr. Donny Achiruddin.
Pada tahun itu juga, ASELI meratifikasi jenis sumber daya dan potensi energi laut Indonesia, yaitu Pasang Surut (potensi teoritis 160 GW, potensi teknis 22, 5 GW, dan potensi praktis 4, 8 GW), gelombang (potensi teoritis 510 GW, 2 GW potensi teknis, potensi praktis 1, 2 GW), laut termal (potensi teoritis 57 GW, GW 52 potensi teknis, potensi praktis 43 GW).
Pengembangan energi laut pun mulai digencarkan di Indonesia, walau masih terbatas pada sosialisasi dan penelitian. Pada desember 2013, misalnya, Institut Teknologi Sepuluh November (ITS) Surabaya menggandeng ASELI, dan Japan International Cooperation Agency (JICA), menggelar International Ocean Energy Workshop di Surabaya.
Selain membahas perkembangan teknologi dan industri energi laut, workshop tersebut menyepakati kerjasama internasional antar industri, asosiasi, dan perguruan tinggi, baik dari Jepang maupun Indonesia. Untuk itu, pada hari yang sama juga dikukuhkan kerja sama antara Aseli dan OEAJ, ITS dan Saga University, dan Mitsubishi Heavy Industry dengan PT. Terafulk Mengantara.
Selain itu, Workshop juga menekankan pentingnya pemerintah untuk membuat kebijakan pemanfaatan energi laut ini, agar menjadi payung hukum dan faktor pendorong terhadap pengembangan dan pemanfaatannya secara luas bagi seluruh rakyat Indonesia.

Sumber : http://jurnalmaritim.com
      edit

0 komentar:

Post a Comment