Seperti yang
kita ketahui, Energi yang berasal dari laut (ocean energy) dapat dikategorikan
menjadi tiga macam, yaitu energi ombak (wave energy), energi pasang surut
(tidal energy),dan energi panas laut (ocean thermal).
Energi dari
panas laut, dikenal dengan sebutan Ocean Thermal Energy Conversion (OTEC),
adalah salah satu sumber energi yang potensial dikembangkan di Indonesia,
mengapa? karena Indonesia berada kawasan khatulistiwa dimana ada perbedaan suhu
sepanjang tahun mencapai 20 derajat celsius. Menurut TU Delft Belanda,
Indonesia memiliki potensi energi laut hingga 35 kW per meter garis pantai,
yang terdiri dari energi gelombang, arus laut, pasang surut dan OTEC.
Sedangkan
khusus untuk panas laut, Potensi yang dimiliki Indonesia hingga 2,5 x 1023
joule dengan efisiensi listrik 3 persen alias hampir setara 240.000 MW.
OTEC
memanfaatkan energi matahari yang diserap lautan dan dengan pertukaran panas
antara air hangat di permukaan laut dengan air dingin di laut dalam, mengubah
panas menjadi listrik sesuai dengan Siklus Rankine.
Dari sisi
investasi, biaya investasi energi laut adalah 500-1.000 dolar AS per kW dengan
harga per kWh sebesar 0,045 – 0,09 dolar AS. Angka ini cukup bersaing jika
dibandingkan sumber energi terbarukan lainnya. Pembangkit listrik tenaga air
skala besar, misalnya, membutuhkan biaya 1.500-2.000 dolar AS/kW, mini/mikro
hidro 1.000-2.000 dolar AS/kW, panas bumi 910-1.500 dolar AS/kW.
Sebagai
negara kepulauan terbesar, potensi energi laut yang dimiliki Indonesia
terbentang mulai dari selatan Pulau Sumatera, Jawa, Bali, Nusa Tenggara, Laut
Sulawesi yakni antara Pulau Kalimantan dan Sulawesi, Laut Banda (Kepulauan
Maluku) hingga Laut Arafura.
Potensi
inilah yang mendorong beberapa orang Indonesia, pada tahun 2011, mendirikan
Asosiasi Energi Laut Indonesia disingkat ASELI atau Indonesian Ocean Energy
Association disingkat INOCEAN. Organisasi yang memperjuangkan pemanfaatan
energi laut secara luas ini didirikan oleh para profesional dan tenaga ahli
seperti Prof.Dr.Ir. Mukhtasor, Dr. Herman Darnel Ibrahim, Drs. Yanuardi
Rasudin, Dr. Erwandi, Dr. Aryo Hanggono, dan Dr. Donny Achiruddin.
Pada tahun
itu juga, ASELI meratifikasi jenis sumber daya dan potensi energi laut
Indonesia, yaitu Pasang Surut (potensi teoritis 160 GW, potensi teknis 22, 5
GW, dan potensi praktis 4, 8 GW), gelombang (potensi teoritis 510 GW, 2 GW
potensi teknis, potensi praktis 1, 2 GW), laut termal (potensi teoritis 57 GW,
GW 52 potensi teknis, potensi praktis 43 GW).
Pengembangan
energi laut pun mulai digencarkan di Indonesia, walau masih terbatas pada
sosialisasi dan penelitian. Pada desember 2013, misalnya, Institut Teknologi
Sepuluh November (ITS) Surabaya menggandeng ASELI, dan Japan International
Cooperation Agency (JICA), menggelar International Ocean Energy Workshop di
Surabaya.
Selain
membahas perkembangan teknologi dan industri energi laut, workshop tersebut
menyepakati kerjasama internasional antar industri, asosiasi, dan perguruan
tinggi, baik dari Jepang maupun Indonesia. Untuk itu, pada hari yang sama juga
dikukuhkan kerja sama antara Aseli dan OEAJ, ITS dan Saga University, dan
Mitsubishi Heavy Industry dengan PT. Terafulk Mengantara.
Selain itu, Workshop juga menekankan pentingnya
pemerintah untuk membuat kebijakan pemanfaatan energi laut ini, agar menjadi
payung hukum dan faktor pendorong terhadap pengembangan dan pemanfaatannya
secara luas bagi seluruh rakyat Indonesia.Sumber : http://jurnalmaritim.com
0 komentar:
Post a Comment