Saturday, September 17, 2016

Published 7:02 PM by with 0 comment

Mengintip Prospek Usaha Budidaya Belut





Belut disukai oleh hampir seluruh lapisan masyarakat dunia baik dalam bentuk masakan dan olahan. Belut merupakan sumber protein hewani yang megandung nilai gizi yang tinggi dengan komposisi lengkap. Negara pengkonsumsi belut terbesar adalah Hongkong,Jepang, Taiwan dan Korea. Di negara pengimport, belut merupakan masakan papan atas yang biasanya hanya dapat ditemui dihotel-hotel berbintang dan restoran mewah dengan harga yang mahal.

Belut mempunyai peluang pasar export yang cukup prospektif. Kebutuhan dan permintaan belut dinegara-negara Asia mencapai hampir 60 ton setiap hari. Sementara yang terpenuhi baru sekitar 5 ton / hari. Negara-negara pengimport belut antara lain Hongkong, Perancis, Belgia, Spanyol, Jepang, Belanda, Jerman, dan Denmark. Biasanya yang sering diminta adalah belut hidup, belut beku dan belut asap.

Selain pasar luar negri didalam negripun permintaan untuk komoditi ini cukup tinggi. Sebagian besar masyarakat Indonesia menggemari belut yang dikemas dalam bentuk pepes, belut asap, kripik, abon dan dendeng belut dan lain-lain. Pertambahan jumlah penduduk yang cukup besar dapat ditangkap sebagai peluang pasar yang potensial. Belut memiliki prospek dan potensi yang besar dan menjanjikan untuk dikembangkan dan dibudidayakan secara komersial.

MANFAAT & KEGUNAAN BELUT
Belut merupakan sumber protein hewani yang dapat diolah menjadi berbagai makanan. Belut juga mengandung nilai gizi yang tinggi dengan komposisi yang lengkap .Selain untuk dikonsumsi, olahan belut dapat berfungsi sebagai obat alternative. Belut mengandung protein dan gizi yang yang baik untuk anak-anak dan orang dewasa. Daging belut dapat diolah menjadi berbagai masakan seperti direbus, disetup, digoreng, dipepes dan dipanggang



MEDIA KOLAM

Lokasi yang telah ditentukan dengan memperhatikan persyaratan teknis dan jenis kolam, baik kolam penampungan induk, kolam pemijahan dan pendederan serta kolam pembesaran. Kolam-kolam ini memiliki ukuran tersndiri, pertama, Kolam Penampungan Induk berukuran 200 cm x 400 cm x 80 cm, kedua Kolam Pemijahan 200 cm x 200 cm x 100 cm, ketiga, Kolam Pembesaran 500 cm x 500 cm x 120 cm. 

Belut akan cepat besar jika medianya cocok. Media yang digunakan  terdiri dari lumpur kering, kompos, jerami padi, pupuk TSP, dan mikroorganisme stater. Peletakkannya diatur: bagian dasar kolam dilapisi jerami setebal 50 cm. Di atas jerami disiramkan 1 liter mikroorganisma stater. Berikutnya kompos setinggi 5 cm. Media teratas adalah lumpur kering setinggi 25 cm yang sudah dicampur pupuk TSP sebanyak 5 kg.

Karena belut tetap memerlukan air sebagai habitat hidupnya, kolam diberi air sampai ketinggian 15 cm dari media teratas. Jangan lupa tanami eceng gondok sebagai tempat bersembunyi belut. Eceng gondok harus menutupi ¾ besar kolam. 

Bibit belut tidak serta-merta dimasukkan. Media dalam kolam perlu didiamkan selama dua minggu agar terjadi fermentasi. Media yang sudah terfermentasi akan menyediakan sumber pakan alami seperti jentik nyamuk, zooplankton, cacing, dan jasad-jasad renik. Setelah itu baru bibit dimasukkan
.

PEMILIHAN BIBIT UNGGUL

 
Media pemeliharaan yang sudah lengkap dan siap untuk pemeliharaan, menuntut pemilihan bibit belut yang berkualitas agar menghasilkan keturunan normal.

Syarat Benih Belut : pertama, anggota tubuh utuh dan mulus atau tidak cacat atau bekas gigitan. kedua, mampu bergerak lincah dan agresif. ketiga, penampilan sehat yang ditunjukan dengan tubuh yang keras, tidak lemas tatkala dipegang. keempat, tubuh berukuran kecil dan berwarna kuning kecoklatan. kelima, usia berkisar 2-4 bulan.
Disamping itu diperhatikan pula pemilihan induk belut jantan dan betina sebagai berikut :
  • Ciri Induk Belut Jantan
  1. Berukuran panjang lebih dari 40 cm.
  2. Warna permukaan kulit gelap atau abu-abu.
  3. Bentuk kepala tumpul.
  4. Usia diatas sepuluh bulan.
  • Ciri Induk Belut Betina
  1. Berukuran panjang 20-30 cm
  2. Warna permukaan kulit cerah atau lebih muda
  3. Warna hijau muda pada punggung dan warna putih kekuningan pada perut
  4. Bentuk kepala runcing
  5. Usia dibawah sembilan bulan. 
PERKEMBANGBIAKAN
Belut berkembangbiak secara alami dialam terbuka dan dapat dibudidaya dengan perkembangbiakan normal dikolam dengan media pemeliharaan yang memenuhi persyaratan. Belut secara lami memiliki masa kawin selama musim hujan (4-5 bulan), dimalam hari dengan suhu sekitar 28° C atau lebih. Musim kawin ini ditandai dengan berkeliarannya belut jantan kepenjuru kolam, terutama ketepian dan dangkal yang akan menjadi lubang perkawinan. Lubang berbentuk “U” dimana belut jantan akan membuat gelembung busa dipermukaan air untuk menarik perhatian betina, namun belut jantan menunggu pasangannya dikolam yang tidak berbusa. Telur-telur dikeluarkan disekitar lubang, dibawah busa dan setelah dibuahi akan dicakup pejantan untuk disemburkan dilubang persembunyian yang dijaga belut jantan.

MAKANAN
Belut secara alamiah memakan segala jenis binatang kecil yang hidup atau terjatuh di air. Belut ini akan menyergap makanannya dengan membuat lubang perangkap, lubang ini menyerupai terowongan berdiameter 5 cm. Pemberian pakan antara lain: pelet,cacing,keong,bakecot,ikan kecil-kecil,dan sebagainya.

HAMA DAN PENYAKIT BELUT
  1. Hama
    1. Hama pada belut adalah binatang tingkat tinggi yang langsung mengganggu kehidupan belut.
    2. Di alam bebas dan di kolam terbuka, hama yang sering menyerang belut antara lain: berang-berang, ular, katak, burung, serangga, musang air dan ikan gabus.
    3. Di pekarangan, terutama yang ada di perkotaan, hama yang sering menyerang hanya katak dan kucing. Pemeliharaan belut secara intensif tidak banyak diserang hama.
  2. Penyakit
    Penyakit yang umum menyerang adalah penyakit yang disebabkan oleh organisme tingkat rendah seperti virus, bakteri, jamur, dan protozoa yang berukuran kecil
PANEN BELUT
Pemanenan belut berupa 2 jenis yaitu :
  1. Berupa benih/bibit yang dijual untuk diternak/dibudidayakan.
  2. Berupa hasil akhir pemeliharaan belut yang siap dijual untuk konsumsi (besarnya/panjangnya sesuai dengan permintaan pasar/konsumen). Cara Penangkapan belut sama seperti menangkap ikan lainnya dengan peralatan antara lain: bubu/posong, jaring/jala bermata lembut, dengan pancing atau kail dan pengeringan air kolam sehingga belut tinggal diambil saja.
Pada pemeliharaan belut secara komersial dan dalam jumlah yang besar, penanganan pasca panen perlu mendapat perhatian yang serius. Hal ini agar belut dapat diterima oleh konsumen dalam kualitas yang baik, sehingga mempunyai jaringan pemasaran yang luas.

Sumber : http://kumpulanartikelkelautandanperikanan.blogspot.co.id
Read More
      edit

Thursday, September 8, 2016

Published 7:21 PM by with 0 comment

Potensi Tersembunyi Di Balik Laut Natuna


Perairan Natuna masuk dalam wilayah Kabupaten Natuna yang merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Kepulauan Riau, Indonesia. Natuna merupakan kepulauan paling utara di selat Karimata. Di sebelah utara, Natuna berbatasan dengan Vietnam dan Kamboja, di selatan berbatasan dengan Sumatera Selatan dan Jambi, di bagian barat dengan Singapura, Malaysia, Riau dan di bagian timur dengan Malaysia Timur dan Kalimantan Barat. Natuna berada pada jalur pelayaran internasional Hongkong, Jepang, Korea dan Taiwan.

Sejarah Kabupaten Natuna sendiri tidak dapat dipisahkan dari sejarah Kabupaten Kepulauan Riau, karena sebelum berdiri sendiri sebagai daerah otonomi, Kabupaten Natuna merupakan bagian dan Wilayah Kepulauan Riau. Kabupaten Natuna dibentuk berdasarkan Undang-Undang No. 53 Tahun 1999 yang disahkan pada tanggal 12 Oktober 1999.

Berdasarkan kondisi fisiknya, Kabupaten Natuna merupakan tanah berbukit dan bergunung batu. Dataran rendah dan landai banyak ditemukan di pinggir pantai. Ketinggian wilayah antara kecamatan cukup beragam, yaitu berkisar antara 3 sampai dengan 959 meter dari permukaan laut dengan kemiringan antara 2 sampai 5 meter. Pada umumnya struktur tanah terdiri dari tanah podsolik merah kuning dari batuan yang tanah dasarnya mempunyai bahan granit, dan alluvial serta tanah organosol dan gley humus.

Kawasan Pulau Natuna dan sekitarnya pada hakikatnya dikaruniai serangkaian potensi sumber daya alam yang belum dikelola secara memadai atau ada yang belum sama sekali, yaitu :
  • Sumber daya perikanan laut yang mencapai lebih dari 1 juta ton per tahun dengan total pemanfaatan hanya 36%, yang hanya sekitar 4,3% dimanfaatkan oleh Kabupaten Natuna sendiri.Pertanian & perkebunan seperti ubi-ubian, kelapa, karet, sawit dan cengkeh.Objek wisata: bahari (pantai, pulau selam), gunung, air terjun, gua dan budidaya.Ladang gas D-Alpha yang terletak 225 km di sebelah utara Pulau Natuna (di ZEEI) dengan total cadangan 222 trillion cubic feet(TCT) dan gas hidrokarbon yang bisa didapat sebesar 46 TCT merupakan salah satu sumber terbesar di Asia.
Maka dapat disimpulkan, bahwa perairan Natuna merupakan wilayah yang strategis dengan banyaknya jalur pelayaran yang melaluinya. Selain strategis, Perairan Natuna juga dikaruniai SDA yang melimpah, dan belum semuanya dapat dimanfaatkan secara optimal oleh Indonesia sendiri. Maka sudah menjadi kewajiban kita sebagai bangsa Indonesia untuk menjaga setiap jengkal tanah, serta mengoptimalkan seluruh potensi tanah, air dan udara negara Indonesia untuk keberlangsungan hidup serta kesejahteraan seluruh rakyatnya. 

sumber : https://www.goodnewsfromindonesia.org
Read More
      edit

Friday, September 2, 2016

Published 5:20 AM by with 0 comment

Indonesia Berpotensi Menjadi Pusat Energi Laut di Asia Tenggara



    Seperti yang kita ketahui, Energi yang berasal dari laut (ocean energy) dapat dikategorikan menjadi tiga macam, yaitu energi ombak (wave energy), energi pasang surut (tidal energy),dan energi panas laut (ocean thermal).
    Energi dari panas laut, dikenal dengan sebutan Ocean Thermal Energy Conversion (OTEC), adalah salah satu sumber energi yang potensial dikembangkan di Indonesia, mengapa? karena Indonesia berada kawasan khatulistiwa dimana ada perbedaan suhu sepanjang tahun mencapai 20 derajat celsius. Menurut TU Delft Belanda, Indonesia memiliki potensi energi laut hingga 35 kW per meter garis pantai, yang terdiri dari energi gelombang, arus laut, pasang surut dan OTEC.
    Sedangkan khusus untuk panas laut, Potensi yang dimiliki Indonesia hingga 2,5 x 1023 joule dengan efisiensi listrik 3 persen alias hampir setara 240.000 MW.
    OTEC memanfaatkan energi matahari yang diserap lautan dan dengan pertukaran panas antara air hangat di permukaan laut dengan air dingin di laut dalam, mengubah panas menjadi listrik sesuai dengan Siklus Rankine.
    Dari sisi investasi, biaya investasi energi laut adalah 500-1.000 dolar AS per kW dengan harga per kWh sebesar 0,045 – 0,09 dolar AS. Angka ini cukup bersaing jika dibandingkan sumber energi terbarukan lainnya. Pembangkit listrik tenaga air skala besar, misalnya, membutuhkan biaya 1.500-2.000 dolar AS/kW, mini/mikro hidro 1.000-2.000 dolar AS/kW, panas bumi 910-1.500 dolar AS/kW.
    Sebagai negara kepulauan terbesar, potensi energi laut yang dimiliki Indonesia terbentang mulai dari selatan Pulau Sumatera, Jawa, Bali, Nusa Tenggara, Laut Sulawesi yakni antara Pulau Kalimantan dan Sulawesi, Laut Banda (Kepulauan Maluku) hingga Laut Arafura.
    Potensi inilah yang mendorong beberapa orang Indonesia, pada tahun 2011, mendirikan Asosiasi Energi Laut Indonesia disingkat ASELI atau Indonesian Ocean Energy Association disingkat INOCEAN. Organisasi yang memperjuangkan pemanfaatan energi laut secara luas ini didirikan oleh para profesional dan tenaga ahli seperti Prof.Dr.Ir. Mukhtasor, Dr. Herman Darnel Ibrahim, Drs. Yanuardi Rasudin, Dr. Erwandi, Dr. Aryo Hanggono, dan Dr. Donny Achiruddin.
    Pada tahun itu juga, ASELI meratifikasi jenis sumber daya dan potensi energi laut Indonesia, yaitu Pasang Surut (potensi teoritis 160 GW, potensi teknis 22, 5 GW, dan potensi praktis 4, 8 GW), gelombang (potensi teoritis 510 GW, 2 GW potensi teknis, potensi praktis 1, 2 GW), laut termal (potensi teoritis 57 GW, GW 52 potensi teknis, potensi praktis 43 GW).
    Pengembangan energi laut pun mulai digencarkan di Indonesia, walau masih terbatas pada sosialisasi dan penelitian. Pada desember 2013, misalnya, Institut Teknologi Sepuluh November (ITS) Surabaya menggandeng ASELI, dan Japan International Cooperation Agency (JICA), menggelar International Ocean Energy Workshop di Surabaya.
    Selain membahas perkembangan teknologi dan industri energi laut, workshop tersebut menyepakati kerjasama internasional antar industri, asosiasi, dan perguruan tinggi, baik dari Jepang maupun Indonesia. Untuk itu, pada hari yang sama juga dikukuhkan kerja sama antara Aseli dan OEAJ, ITS dan Saga University, dan Mitsubishi Heavy Industry dengan PT. Terafulk Mengantara.
    Selain itu, Workshop juga menekankan pentingnya pemerintah untuk membuat kebijakan pemanfaatan energi laut ini, agar menjadi payung hukum dan faktor pendorong terhadap pengembangan dan pemanfaatannya secara luas bagi seluruh rakyat Indonesia. (Dari Berbagai Sumber).


Sumber : http://jurnalmaritim.com
Read More
      edit