Indonesia
merupakan negara yang perairannya mempunyai berbagai macam jenis ikan bernilai
jual tinggi. Salah satunya adalah ikan koi (Cyprinus carpio). Ikan koi memiliki
ciri khas warna yang menarik dengan variasi jenis yang beranekaragam. Secara
garis besar ikan koi diklasifikasikan dalam 13 kategori yaitu Kohaku, Sanke,
Showa, Bekko, Utsurimono, Asagi, Shusui, Tancho, Hikari, Koromo, Ogon,
Kinginrin, dan Kawarimono.
ASAL
MULA IKAN KOI :
Ikan koi adalah ikan nasional
Negara Jepang. Di sana koi diangap sebagai ikan dewa. Di Negara tersebut koi
disebut kai yang artinya ikan berwarna. Ikan koi masuk ke Indonesia diperkirakan
tahun 1981-1982 yang dibawa oleh Hany Moniaga, hobiis yang tinggal di Cipanas,
Cianjur, Jawa Barat. Ia kemudian mengembangkan peternakan koi yang diberi nama
Leon dan Leonny. Koi pertama itu panjangnya 90-100 cm, berumur 50-75 tahun.
Sejak itulah koi populer di Indonesia dan belakangan menjadi buruan hobiis
hingga saat ini.
Ikan koi termasuk jenis ikan yang
mudah dipelihara. Makanannya tidak selalu harus spesial karena termasuk
binatang pemakan tumbuh-tumbuhan dan hewan ( omnivira). Umur ikan koi bisa
bertahan sampai puluhan tahun. Beberapa penjual mematok harga mulai dari Rp 50
ribu hingga mencapai Rp 8 Juta. Hebatnya, harga koi juara kontes dapat menembus
ratusan juta rupiah. Koi terbaik adalah yang memiliki intensitas, keseimbangan
dan kejernihan warna terbaik.
CARA BUDIDAYA :
1)
Pemilihan lokasi dan konstruksi wadah
Ikan koi secara alami hidup di air deras sehingga
membutuhkan air jernih dan berkadar oksigen tinggi. Pemeliharaan ikan koi yang
terbaik adalah di kolam sehingga mudah mendapatkan makanan alami dan sinar
matahari untuk merangsang pewarnaan tubuh. Koi berukuran kecil dapat ditempatkan
di akuarium, walaupun ini tidak dapat menjadi habitat permanen. Bila dipelihara
dalam kelompok, koi akan belajar untuk tidak mengganggu ikan yang berukuran
sama, tetapi memakan ikan yang lebih kecil.
2)
Teknik Budidaya
Kualitas air :
-
suhu air berkisar 24-26oC,
-
pH 7,2-7,4
-
O2 minimal 3-5 mg/l,
-
CO2 maksimal 10 mg/l,
-
nitrit maksimal 0,2
Pakan
Koi adalah bottom feeder (pemakan di dasar) dan omnivora
(pemakan segala). Sumber protein utama adalah formulasi kombinasi antara bahan
nabati dan bahan hewani serta multivitamin dan mineral seperti Ca, Mg, Zn, Fe,
Co sebagai pelengkap pakan. Kualitas
pakan sangat menentukan tampilan warna sebagai daya tarik ikan koi sendiri,
sehingga banyak upaya telah dilakukan dengan menggunakan bahan pakan yang
mengandung zat pigmen seperti karotin (warna jingga), rutin (kuning) dan
astasantin (merah). Jumlah pakan diberikan berdasarkan jumlah ikan (bobot
biomassa) dalam kolam dengan kisaran kebutuhan 3-5 % per-hari, dengan frekuensi
pemberian 2-3 kali per-hari hal ini juga disesuaikan dengan kondisi ikan dan
media air pemeliharaannya. Pakan buatan untuk pembesaran koi dapat
diberikan dalam bentuk butiran (pellet).
Pakan alami atau pakan hidup: cacing darah,
cacing tanah, daphnia, cacing tubifex cocok diberikan pada benih koi (hingga
bobot 50 g/ekor) karena lebih mudah dicerna oleh benih sesuai dengan kondisi
sistem pencernaan, selain itu koi juga dapat memakan fitoplankton dalam kolam.
Koi yang dipelihara di kolam Lumpur ternyata memiliki
kualitas warna yang lebih cemerlang dibandingkan dengan yang dipelihara di
kolam tembok. Ternyata ikan koi tersebut banyak menyantap ganggang yang
memang tumbuh di Lumpur yang mengandung
banyak zat karoten.
-
Pembenihan
Kolam
1)
Kolam pemijahan harus mempunyai pintu pemasukan
dan pintu pengeluaran air tersendiri. Selain itu, seluruh kolam harus diplester
dan bisa dikeringkan dengan sempurna. Untuk kolam sempit dapat menggunakan
kolam seluas 3-6 m2 dengan kedalaman 0,5 m. Lokasi kolam cukup
mendapatkan sinar matahari, tidak terlalu ribut, terlindung dari jangkauan
anak-anak dan binatang peliharaan lain.
2)
Sediakan kolam penetasan telur dan perawatan
benih. Kolam penetasan, bentuknya bisa persegi panjang atau bulat. Kolam bulat
diameternya antara 1,5-2 m.
3)
Sediakan kolam untuk menumbuhkan pakan alami
yang dipakai untuk mensuplai pakan benih jika kuning telurnya telah habis.
Kedalaman kolam sekitar 30 cm. Luas kolam antara 6-10 m2, cukup
memadai.
4)
Dinding kolam bisa dilapis vinil yaitu bahan
yang biasa untuk membuat bak fiberglass. Dengan lapisan vinil, kolam-kolam
tersebut lebih terjamin kebersihannya dan efek dari semen bisa dihilangkan.
Indukan dan Pemijahan
Induk yang baik adalah yang memiliki pola warna bervariasi
yang cerah simetris dengan bentuk tubuh seperti terpedo dengan berat badan
minimal 1 kg. Secara alami, ikan koi memijah pada musim semi dan menjadi matang
gonad dengan menaikkan suhu air. Induk jantan dan betina ditempatkan dalam
wadah terpisah (untuk menghindari bertelur yang tidak diinginkan) dan tidak
diberi pakan selama beberapa hari.
Koi dapat memijah secara alami dan buatan yaitu dengan
rangsangan hormon yang disuntikkan pada tubuh induk betina untuk mempercepat
proses pembuahan. Penyuntikan Pituitary Gland (PG, nama dagang ovaprim) dengan
dosis 0,2 mg/kg bobot ikan untuk satu kali penyuntikan.
Ovulasi akan terjadi 10 jam setelah penyuntikan. Sistem
pemijahan tanpa pengurutan/stripping ini disebut pemijahan semi alami yang
lebih aman karena tanpa melukai ikan. Bila ikan sulit melakukan pemijahan alami
sehingga perlu bantuan proses pembuahan buatan, maka dilakukan pengurutan telur
dan sperma (stripping) yang merupakan pilihan terakhir.
Induk betina dalam sekali pemijahan dapat menghasilkan
75.000 telur/kg berat badan. Perbandingan jumlah induk dalam proses pemijahan
adalah 2 betina dan 1 jantan. Biasanya telur yang dikelurkan oleh induk betina
menempel pada substrat (injuk) yang segera dibuahi oleh sperma jantan. Setelah
telur dibuahi sebaiknya dipisahkan dari induk, dengan memindahkan induk dari
wadah pemijahan atau sebaliknya telur yang diangkat dan dipindahkan kedalam
wadah penetasan.
-
Pendederan
Telur yang sudah dibuahi akan menetas setelah 24-48 jam
tergantung suhu. Selama penetasan, kepadatan telur adalah 1 kg per 5 liter air.
Larva yang baru menetas belum memerlukan pakan selama 3-4 hari, karena masih
mempunyai kantong kuning telur.
Menjelang kuning telur habis, perlu diberikan pakan alami
berupa naupli artemia atau pakan alami lainnya yang seukuran. Kemudian secara
bertahap dapat diberikan pakan buatan berupa butiran kering(pellet). Dalam 5
hari sesudahnya 1 juta larva memerlukan 7 kg artemia, atau sekitar 0,5-2 kg per
hari. Pada tahap ini larva ditebar pada kepadatan 20-40 larva/liter. Untuk
menghasilkan 1 juta fingerling memerlukan sekitar 25kg telur artemia. Sintasan
selama 9 hari adalah 50-80%. Ikan yang seberat 10 mg dapat dijual seharga US$
0,25 atau sekitar Rp. 2.500,-.
Larva yang berbobot 0,25 g diberikan pakan buatan (butiran)
kering dan dapat didederkan ke kolam hingga ukuran fingerling (2 gram).
Pendederan terbagi atas 2 tahap yaitu pendederan I selama 2 bulan pemeliharaan
hingga larva mencapai ukuran fingerling (2-3 cm). Pendederan II dilakukan dalam
kolam yang diolah untuk menumbuhkan pakan alami dan dilakukan seleksi dan
penjarangan (mengurangi kepadatan). Penjarangan bertujuan untuk memberi ruang
gerak yang cukup bagi ikan koi. Seleksi bertujuan untuk mendapatkan ikan Koi
berkualitas baik.
Waktu yang diperlukan dari telur hingga mencapai ukuran
fingerling (2 gram) adalah 6-8 minggu dengan nilai sintasan (SR) 55%. Sedangkan
untuk mencapai ukuran 5-8 cm diperlukan waktu 4 bulan. Kualitas ikan koi (pola
dan warna) bergantung dari tetuanya. Dari hasil seleksi ukuran fingerling, yang
afkir mencapai 25-50%. Dari 1 juta telur dapat dihasilkan 225.000-338.000 ekor
fingerling berkualitas baik (22–33 %).
-
Pewarnaan
Kualitas koi ditentukan oleh pola warna, kesesuaian jenis
koi dan kejelasan warna. Kromatofora menghasilkan warna juga dipengaruhi otak ikan.
Ikan pada wadah gelap cenderung berwarna gelap, begitu pula sebaliknya. Warna
dapat berubah bila ikan mengalami stres. Biasanya ikan yang tumbuh lambat
mempunyai warna yang lebih baik daripada ikan yang tumbuh cepat. Seumur
hidupnya, ikan koi dapat menyimpan dan menggunakan pigmen. Intensitas warna
tergantung dari jumlah pigmen dalam kromatofora. Pigmen dapat muncul dengan
adanya karotenoid dalam pakan.
-
Pra Panen
Koi tumbuh sekitar 2 cm per bulan dan pada usia 60 tahun
dapat mencapai panjang hingga 1 m. Bila ikan Koi telah mencapai ukuran pasar
yaitu 20 cm dapat dipanen dan dilakukan seleksi akhir, dengan memisah-misahkan
jenis, ukuran dan pola warna tubuhnya.
Dalam penampungan akhir ini, ikan dapat diperbaiki
bentuknya, jika terlalu gemuk dibuat langsing atau yang terlalu kurus dibuat
lebih gemuk. Pemeliharaan berikutnya diusahakan tidak terlalu padat, akan lebih
baik jika dalam bak dilengkapi aerator sehingga kesegaran air terjamin dan
dengan pemberian pakan yang baik dapat meningkatkan kualitas warna tubuh ikan
Koi.
Persyaratan Eksport
Eksportir harus memiliki syarat izin dari Dinas Perdagangan
yang dibuktikan dengan dokumen IKIS ( Izin Instalasi Karantina Ikan Sementara
), Hasil Uji PCR (Polymerase Chain Reaction), untuk deteksi penyakit ikan dan dokumen
bea cukai di bandara.
Standar ikan yang akan diekspor antara lain kondisi sehat
dengan ciri diantaranya bentuk tubuh ideal dan proporsional, Sirip sempurna
seperti tidak ada bengkok, tidak cacat, rusak, robek atau patah. Kondisi
sisiknya utuh tidak ada yang lepas, mengkilap dan berkilau bila terkena sinar.
Ikan Koi diperiksa di laboratorium oleh Badan Karantina untuk di cek apakah
benar – benar sehat dan tidak berpenyakit. Bila ikan dinyatakan sehat, Badan
Karantina akan mengeluarkan Surat
Keterangan Layak Ekspor.
Badan Karantina kemudian mengemas ikan hias dalam plastik,
Styrofoam, dan Hard Carton. Dalam satu kantong plastik ukuran 20 liter diisi
air dan oksgen dengan perbandingan 2:3 untuk 20 ekor ikan Koi ukuran 8 cm.
Pengiriman ikan Koi ini dilakukan dengan menggunakan jalur udara.