TEKNOLOGI BIOFLOK
MENGUNTUNGKAN DALAM BUDIDAYA IKAN NILA
Pemerintah
terus meningkatkan ketahanan pangan dari sektor perikanan. Terkini, Pemerintah
mengembangkan budidaya ikan nila dengan teknologi sistem bioflok. Teknologi
tersebut telah sukses diterapkan untuk budidaya ikan lele yang dimassalkan di
berbagai pesantren di Indonesia. Ikan nila dipilih untuk sebagai komoditas
lanjutan sistem bioflok, karena nila termasuk kelompok herbivora. Sehingga
proses pembesarannya lebih cepat. Selain itu, ikan nila juga mampu mencerna
flok yang tersusun atas berbagai mikroorganisme, yaitu bakteri, algae,
zooplankton, fitoplankton, dan bahan organik sebagai bagian sumber pakannya.
Itu menguntungkan dalam budidaya di kolam.
Budidaya
ikan nila sistem bioflok memiliki sejumlah keunggulan, seperti meningkatkan
kelangsungan hidup (survival
rate / SR) hingga lebih dari 90 persen dan tanpa pergantian air. Air
bekas budidaya juga tidak berbau, sehingga tidak mengganggu lingkungan sekitar
dan dapat disinergikan dengan budidaya tanaman misalnya sayur-sayuran dan
buah-buahan. Hal ini dikarenakan adanya mikroorganisme yang mampu mengurai
limbah budidaya menjadi pupuk yang menyuburkan tanaman. Keunggulan lainnya
adalah Feed Conversion
Ratio (FCR) atau perbandingan antara berat pakan dengan berat
total (biomass) ikan dalam satu siklus periode budidaya mencapai 1,03. Artinya
1,03 kg pakan menghasilkan 1 kilogram ikan Nila. Dan hal tersebut lebih efisien
jika dibandingkan dengan pemeliharaan di kolam biasa FCR-nya mencapai angka
1,5. Masih ada keunggulan lainnya, yaitu padat tebar ikan mencapai volume
100-150 ekor/m3 atau 10-15 kali lipat dibanding dengan pemeliharaan di kolam
biasa yang hanya 10 ekor/m3.
Sistem
bioflok juga mampu meningkatkan produktivitas hingga 25-30 kg/m3 atau 12-15
kali lipat jika dibandingkan dengan di kolam biasa yaitu sebanyak 2 kg/m3.
Keempat, waktu pemeliharaan lebih singkat, dengan benih awal yang ditebar
berukuran 8-10 cm, selama 3 bulan pemeliharaan. Benih tersebut mampu tumbuh
hingga ukuran 250-300 gram per ekor, sedangkan untuk mencapai ukuran yang sama
di kolam biasa membutuhkan waktu 4-6 bulan. Ikan nila sistem bioflok lebih
gemuk karena hasil pencernaan makanan yang optimal. Dan komposisi daging atau
karkasnya lebih banyak, serta kandungan air dalam dagingnya lebih sedikit.
Secara bisnis, budidaya ikan nila juga sangat menguntungkan karena harganya
cukup baik dan stabil di pasaran yaitu Rp22 ribu/kg.
Dalam
pemeliharaan ikan Nila sistem bioflok, yang perlu dijaga adalah kandungan
oksigen yang larut di dalam air. Hal itu, karena oksigen disamping diperlukan
ikan untuk pertumbuhan juga diperlukan oleh bakteri untuk menguraikan kotoran
atau sisa metabolisme di dalam air. Pada ikan nila, kadar oksigen terlarut (DO)
di dalam media sebaiknya dipertahankan minimal 3 mg/L. Teknologi bioflok di
masyarakat bisa dikawal oleh UPT-UPT (unit pelaksana teknis) dan para penyuluh
agar tidak keliru menerapkannya, juga harus diterapkan secara benar sesuai
kaidah-kaidah cara budidaya ikan yang baik seperti benihnya harus unggul, pakannya
harus sesuai standar SNI, parameter kualitas air seperti oksigen juga harus
tercukupi. Penerapan budidaya nila sistam bioflok ini didorong dikembangkan di
daerah-daerah terpencil, perbatasan dan potensial, guna membangun ketahanan
pangan. Pengembangan juga akan dilaksanakan di pesantren-pesantren dan kelompok
masyarakat lainnya. Teknologi bioflok ini akan terus didorong agar diterapkan
terhadap berbagai komoditas dan berbagai daerah, sehingga menjadi solusi untuk
memenuhi kebutuhan gizi masyarakat. Apalagi, saat ini produk Nila di beberapa
daerah menjadi sumber gizi yang digemari, bahkan seperti di Papua dan Lombok
pada umumnya. Seiring dengan penertiban keramba jaring apung (KJA) di perairan
umum seperti danau, waduk dan lainnya, dia optimis bahwa teknologi ini dapat
menjadi solusi bagi pembudidaya ikan di sana yang tidak bisa lagi melaksanakan
produksi. Dengan bioflok, para pembudidaya diharapkan bisa pindah ke daratan
dan melakukan budidaya ikan nila seperti di danau atau waduk.
0 komentar:
Post a Comment