Hallo kalian mau jadi
pengusaha? tapi belum punya usaha? Belum punya ide mau usaha apa? Eits jangan
risau, sekarang kita mau sharing suatu usaha berprospek dan berpotensi untuk
mendapatkan profit pastinya. Tema bahasan kita kali ini adalah “Bisnis Bermodal
Nampan”. Yak mungkin kalau Bisnis Bermodal Tampang sudah biasa, tapi kali ini
nampan. Kenapa nampan? Usaha seperti apa itu? Apakah menguntungkan? Bagai mana
prospeknya? Bagaimana cara memulainya? Pasti pertanyaan-pertanyaan itu yang
timbul saat teman-teman membaca judul diatas. Oke buat kalian yang penasaran,
keep reading guys.....
Ada yang tau cacing sutra? Yak pasti teman-teman
sudah tidak asing lagi mendengar hewan tersebut, tapi kalian tau gak sih kebutuhan terhadap cacing sutra sangat besar
di setiap daerah,terutama bagi pembenih ikan air tawar baik kategori konsumsi
maupun kategori ikan hias. Fungsi dan manfaat cacing sutra sebagai makanan anak
ikan tidak tergantikan meski di pasaran banyak alternatif pakan buatan yang
menjadi substitusi cacing sutra. Cacing sutra sebagai pakan alami, memiliki
kelebihan yang tidak dimiliki pakan alami lainnya, antara lain:
- · Cacing sutra memiliki “aroma” yang menarik bagi juvenil;
- · Ukuran cacing sutra sesuai dengan bukaan mulut juvenil;
- · Kadar protein cacing sutra mencapai 57%;
- · Mudah dicerna oleh juvenil;
- · Tidak mencemari perairan maupun lingkungan sekitar; dan
- · Mempercepat pertumbuhan juvenil.
Melihat potensi tersebut, akan sangat berprospek
jika cacing sutra dikembangkan menjadi bisnis yang berkelanjutan. Oya untuk
teman-teman yang kawatir dengan cara pembudidayaannya, kini tersedia metode
budidaya cacing sutra yang praktis dan tidak memerlukan lahan yang luas, yaitu
dengan Nampan. Budidaya
cacing sutra dengan nampan terhitung baru dilakukan. Sistem ini sebetulnya bukan
hal baru pada sistem pembesaran pada budidaya udang. Sistem ini pada dasarnya
mengolah dan menggunakan kembali air yang sudah dipakai pada proses budidaya
udang. Pengisian air baru dari luar sistem hanya dilakukan untuk
mengganti air yang susut/berkurang akibat kebocoran ataupun evaporasi. Pada
sistem budidaya cacing sutra dengan menggunakan nampan/tray ini mempunyai
beberapa keuntungan, yaitu:
1.
Lebih hemat dalam
penggunaan air. Air yang sudah melewati susunan media pada nampan ditampung
dengan wadah yang ada dibagian bawah rak untuk kemudian dialirkan kembali ke
media yang paling atas dengan menggunakan pompa air/dab;
2.
Menghemat Penggunaan
Probiotik dan Obat-obatan lainnya. Probiotik dan obat-obatan yang dicampur pada
media tumbuh/substrat budidaya cacing sutra yang ikut terbawa arus air tidak
terbuang dengan percuma ke perairan luar. Probiotik yang ikut tertampung pada
wadah bagian bawah wadah rak bersama air bisa digunakan kembali dengan cara
dialirkan ke media yang paling atas dengan bantuan pompa air/dab;
3.
Budidaya cacing sutra
dengan sistem ini tidak membutuhkan lahan yang luas, karena medianya disusun ke
atas secar vertikal yang cenderung bisa juga dilahan yang sempit seperti
disela-sela sekatan rumah ataupun tempat lainnya. Agar kapasitas produksinya
bisa maksimal ada beberapa hal penting yang harus diperhatikan dalam budidaya Tubifex sp. dengan sistem nampan
ini, yaitu :
- Nampan diusahakan agar yang awet dan tahan pecah, sehingga bibit yang sudah ada dimedia tidak mesti mengulang dari awal budidaya yang biasanya membutuhkan waktu 50 – 57 hari mulai dari awal sampai dengan panen
- Kayu balok dan reng bambu yang dipakai juga diusahakan agar kwalitasnya juga bagus untuk menghindari kejadian yang tidak diinginkan seperti patah/roboh akibat kayu/reng bambunya patah atau gampang rapuh
- Jumlah nampan/tray diatur sebanyak mungkin dengan tetap memperhatikan kekuatan rangka yang ada. Semakin banyak rak/susunan kerangka akan semakin banyak produksi cacing sutra
Perkembangbiakan
Cacing Sutera
Khairuman
dan Amri (2002), menyatakan cacing sutra ( Tubifexsp. ) adalah termasuk organism
hermaprodit. Pada satu individu organism ini terdapat dua alat kelamin dan
berkembangbiak dengan cara bertelur dari betina yang telah mateng telur
sedangkan menurut Chumaidi dan Suprapto ( 1986 ), telur cacing sutra terjadi
didalam kokon yaitu suatu bangunan berbentuk bangunan bulat telur, panjang 1mm
dan diameter 0,7 mm yang dihasilkan oleh kelenjar epidermis dari salah satu
segmen tubuh yang disebut kitelum. Tubuhnya sepanjang 1,5-2,5cm, terdiri dari
30-60 segmen atau ruas. Telur yang ada didalam tubuh mengalami pembelahan,
selanjutnya berkembang membentuk segmen-segmen. Setelah beberapa hari embrio
cacing sutra akan keluar dari kokon.
Induk
yang dapat menghasilkan kokon dan mengeluarkan telur yang menetas menjadi
cacing sutra mempunyai usia sekitar 40-45 hari. Jumlah telur dalam setiap kokon
berkisar antara 4-5 butir.Waktu yang dibutuhkan untuk proses perkembangbiakan
telur didalam kokon sampai menetas menjadi embrio Tubifex sp.membutuhkan waktu sekitar 10-15 hari. Daur hidup cacing
sutra dari telur, menetas hingga menjadi dewasa serta mengeluarkan kokon dibutuhkan
waktu sekitar 50-57 hari.
Syarat
Hidup Cacing Sutra
Cacing
sutra memiliki bentuk dan ukuran yang kecil serta ramping dengan panjangnya
1,5-2,5 cm, sepintas tampak seperti koloni merah yang melambai-lambai karena
warna tubuhnya kemerah-merahan, sehingga sering juga disebut dengan cacing
rambut. Cacing ini merupakan salah satu jenis benthos yang hidup di dasar
perairan tawar daerah tropis dan subtropis, tubuhnya beruas-ruas dan mempunyai
saluran pencernaan, termasuk kelompok Nematoda. Cacing sutera hidup diperairan
tawar yang jernih dan sedikit mengalir. Dasar perairan yang disukai adalah
berlumpur dan mengandung bahan organik. Makanan utamanya adalah
bagian-bagianorganik yang telah terurai dan mengendap di dasar perairan
tersebut.
Cacing
sutera merupakan organisme hermaprodit yang memiliki dua alat kelamin jantan
dan betina sekaligus dalam satu tubuh. Berkembangbiak dengan bertelur, proses
peneluran terjadi di dalam kokon yaitu suatu segmen yang berbentuk bulat telur
yang terdiri dari kelenjar epidermis dari salah satu segmen tubuhnya. Telur
tersebut mengalami pembelahan, kemudian berkembang membentuk segmen-segmen.
Setelah beberapa hari embrio dari cacing ini akan keluar dari kokon cacing ini
mulai berkembang biak setelah 7-11 hari.
Cacing
sutera yang dikenal sebagai cacing rambut ini dapat hidup pada subtrat lumpur
dengan kedalaman antara 0–4 cm. Pada prinsipnya sama dengan hewan air lainnya,
namun dalam kehidupannya cacing sutera ini senang dengan air, dan air memiliki
peran fungsi yang sangat penting untuk hidup tumbuh berkembang dengan baik
diperlukan kualitas air yang sesuai yaitu:
- · pH : 5,5 – 8.0;
- · Suhu yang baik antara 25–28°C;
- · DO ( oksigen terlarut ) : 2,5 – 28 ppm; dan
- · Untuk kebutuhan debit air secukupnya dan tidak terlalu besar mengingat cacing ini sangat kecil.
Cacing
sutra tergolong hewan hermaprodit yang berkembangbiak melalui telur dengan
pembuahan secara eksternal. Telur yang dibuahi oleh jantan akan membelah jadi
dua sebelum saat menetas.
Makanan
Cacing Sutera
Semua
bahan organik yang dilembekkan alangkah bagusnya jika difermentasikan, jika
difermentasikan akan meningkatkan kandungan nutrisi yang sangat dibutuhkan oleh
cacing sutra. Di alam fermentasi itu terjadi secara alami, sehingga menumbuhkan
tumbuhan ganggang yang berfilamen dan pakan alami seperti fitoplankton,
zooplankton dan hewan kecil lainnya. Itulah sebagian makanan cacing sutra
dialam. Untuk pakan budidaya cacing sutra yang paling efisien menggunakan ampas
tahu yang di fermentasi, karena ampas tahu sudah steril dan lembek. Ampas tahu
bisa ditambahkan lagi dengan buah-buahan, tepung ikan, dan bahan yang mudah
didapat.
Pembuatan
Media Hidup Cacing Sutera
1. Ambil lumpur kolam yg mengandung
pasir yang sudah disaring
2.
Siapkan kotoran ayam
dan ampas tahu yg sudah difermentasi, bahan makanan tsb. dicampur dengan
perbandingan kohe 1 ampas tahu 10.
3.
Pencampuran makanan tadi
dicampur lagi dengan lumpur media. Dengan perbandingan makanan 1 lumpur halus
7. Kemudian diamkan selama minimal 1 hari.
4.
Teknik budidaya cacing
sutera secara umum dapat dilakukan pada media lumpur yang dicampur dengan
kotaran ayam dan bekatul, yg sudah difermentasi.
Panen
Untuk
mencapai masa panen, budidaya cacing sutra sebenarnya tidak membutuhkan waktu
yang lama. Jika cara beternak yang diterapkan sudah benar, maka cacing sutra
sudah dapat dipanen setelah 8 sampai 10 hari sejak penebaran bibit. Setelah
itu, hasil panen sudah dapat dijual di tempat-tempat penjualan pakan ikan atau
di toko ikan.
Panen
cacing sutera perdana sekitar 2 bulanan kemudian dapat dilakukan 7–10 hari
sekali. Jika dibiarkan terlalu lama, maka jumlah cacing sutera akan berkurang
kembali, karena secara alami terjadi persaingan antar-cacing itu sendiri.
Konsep
panen cacing sutera ialah mengurangi koloni, yaitu jika bagian atas dipanen
maka bagian bawah cacing akan tumbuh. Dalam satu wadah/nampan bisa menghasilkan
100-150 ml cacing sutera.Panen cacing sutera dilakukan setelah budidaya
berlangsung beberapa minggu dan berturut-turut bisa dipanen setiap dua minggu sekali.
Pemanenan cacing sutra dilakukan dengan mengambil cacing sutra yang ada
dipermukaan bersama lumpurnya.Setelah terkumpul, hasil panen cacing sutra
dicuci dengan jaring khusus sampai lumpur halus keluar. Kemudian tiriskan
sebentar.Letakkan cacing sutrayang masih bercampur lumpur kasar kedalam wadah
dg ketebalan 3-4 cm.
Mudah bukan? Selamat mencoba. Jadilah wirausaha
muda yang #kreatif_inovatif.
Semoga bermanfaat.
SUMBER :
mantep gan infonya (y)
ReplyDeletemakasih :)
Wahhh keren yahhh . Apa saja bisa jadi uang
ReplyDeletenice info gan, lumayan untuk coba2
ReplyDelete