Thursday, April 14, 2016

Published 11:41 PM by with 3 comments

Bisnis Bermodal Nampan?

           Hallo kalian mau jadi pengusaha? tapi belum punya usaha? Belum punya ide mau usaha apa? Eits jangan risau, sekarang kita mau sharing suatu usaha berprospek dan berpotensi untuk mendapatkan profit pastinya. Tema bahasan kita kali ini adalah “Bisnis Bermodal Nampan”. Yak mungkin kalau Bisnis Bermodal Tampang sudah biasa, tapi kali ini nampan. Kenapa nampan? Usaha seperti apa itu? Apakah menguntungkan? Bagai mana prospeknya? Bagaimana cara memulainya? Pasti pertanyaan-pertanyaan itu yang timbul saat teman-teman membaca judul diatas. Oke buat kalian yang penasaran, keep reading guys.....
            Ada yang tau cacing sutra? Yak pasti teman-teman sudah tidak asing lagi mendengar hewan tersebut, tapi kalian tau gak sih kebutuhan terhadap cacing sutra sangat besar di setiap daerah,terutama bagi pembenih ikan air tawar baik kategori konsumsi maupun kategori ikan hias. Fungsi dan manfaat cacing sutra sebagai makanan anak ikan tidak tergantikan meski di pasaran banyak alternatif pakan buatan yang menjadi substitusi cacing sutra. Cacing sutra sebagai pakan alami, memiliki kelebihan yang tidak dimiliki pakan alami lainnya, antara lain:
  • ·         Cacing sutra memiliki “aroma” yang menarik bagi juvenil;
  • ·         Ukuran cacing sutra sesuai dengan bukaan mulut juvenil;
  • ·         Kadar protein cacing sutra mencapai 57%;
  • ·         Mudah dicerna oleh juvenil;
  • ·         Tidak mencemari perairan maupun lingkungan sekitar; dan
  • ·         Mempercepat pertumbuhan juvenil.
Melihat potensi tersebut, akan sangat berprospek jika cacing sutra dikembangkan menjadi bisnis yang berkelanjutan. Oya untuk teman-teman yang kawatir dengan cara pembudidayaannya, kini tersedia metode budidaya cacing sutra yang praktis dan tidak memerlukan lahan yang luas, yaitu dengan Nampan. Budidaya cacing sutra dengan nampan terhitung baru dilakukan. Sistem ini sebetulnya bukan hal baru pada sistem pembesaran pada budidaya udang. Sistem ini pada dasarnya mengolah dan menggunakan kembali air yang sudah dipakai pada proses budidaya udang. Pengisian air  baru dari luar sistem hanya dilakukan untuk mengganti air yang susut/berkurang akibat kebocoran ataupun evaporasi. Pada sistem budidaya cacing sutra dengan menggunakan nampan/tray ini mempunyai beberapa keuntungan, yaitu: 
1.      Lebih hemat dalam penggunaan air. Air yang sudah melewati susunan media pada nampan ditampung dengan wadah yang ada dibagian bawah rak untuk kemudian dialirkan kembali ke media yang paling atas dengan menggunakan pompa air/dab;
2.      Menghemat Penggunaan Probiotik dan Obat-obatan lainnya. Probiotik dan obat-obatan yang dicampur pada media tumbuh/substrat budidaya cacing sutra yang ikut terbawa arus air tidak terbuang dengan percuma ke perairan luar. Probiotik yang ikut tertampung pada wadah bagian bawah wadah rak bersama air bisa digunakan kembali dengan cara dialirkan ke media yang paling atas dengan bantuan pompa air/dab;
3.      Budidaya cacing sutra dengan sistem ini tidak membutuhkan lahan yang luas, karena medianya disusun ke atas secar vertikal yang cenderung bisa juga dilahan yang sempit seperti disela-sela sekatan rumah ataupun tempat lainnya. Agar kapasitas produksinya bisa maksimal ada beberapa hal penting yang harus diperhatikan dalam budidaya Tubifex sp.  dengan sistem nampan ini, yaitu :
  •        Nampan diusahakan agar yang awet dan tahan pecah, sehingga bibit yang sudah ada dimedia tidak mesti mengulang dari awal budidaya yang biasanya membutuhkan waktu 50 – 57 hari mulai dari awal sampai dengan panen
  •        Kayu balok dan reng bambu yang dipakai juga diusahakan agar kwalitasnya juga bagus untuk menghindari kejadian yang tidak diinginkan seperti patah/roboh akibat kayu/reng bambunya patah atau gampang rapuh
  •       Jumlah nampan/tray diatur sebanyak mungkin dengan tetap memperhatikan kekuatan rangka yang ada. Semakin banyak rak/susunan kerangka akan semakin banyak produksi cacing sutra
Perkembangbiakan Cacing Sutera
Khairuman dan Amri (2002), menyatakan cacing sutra ( Tubifexsp. ) adalah termasuk organism hermaprodit. Pada satu individu organism ini terdapat dua alat kelamin dan berkembangbiak dengan cara bertelur dari betina yang telah mateng telur sedangkan menurut Chumaidi dan Suprapto ( 1986 ), telur cacing sutra terjadi didalam kokon yaitu suatu bangunan berbentuk bangunan bulat telur, panjang 1mm dan diameter 0,7 mm yang dihasilkan oleh kelenjar epidermis dari salah satu segmen tubuh yang disebut kitelum. Tubuhnya sepanjang 1,5-2,5cm, terdiri dari 30-60 segmen atau ruas. Telur yang ada didalam tubuh mengalami pembelahan, selanjutnya berkembang membentuk segmen-segmen. Setelah beberapa hari embrio cacing sutra akan keluar dari kokon.
Induk yang dapat menghasilkan kokon dan mengeluarkan telur yang menetas menjadi cacing sutra mempunyai usia sekitar 40-45 hari. Jumlah telur dalam setiap kokon berkisar antara 4-5 butir.Waktu yang dibutuhkan untuk proses perkembangbiakan telur didalam kokon sampai menetas menjadi embrio Tubifex sp.membutuhkan waktu sekitar 10-15 hari. Daur hidup cacing sutra dari telur, menetas hingga menjadi dewasa serta mengeluarkan kokon dibutuhkan waktu sekitar 50-57 hari.

Syarat Hidup Cacing Sutra
Cacing sutra memiliki bentuk dan ukuran yang kecil serta ramping dengan panjangnya 1,5-2,5 cm, sepintas tampak seperti koloni merah yang melambai-lambai karena warna tubuhnya kemerah-merahan, sehingga sering juga disebut dengan cacing rambut. Cacing ini merupakan salah satu jenis benthos yang hidup di dasar perairan tawar daerah tropis dan subtropis, tubuhnya beruas-ruas dan mempunyai saluran pencernaan, termasuk kelompok Nematoda. Cacing sutera hidup diperairan tawar yang jernih dan sedikit mengalir. Dasar perairan yang disukai adalah berlumpur dan mengandung bahan organik. Makanan utamanya adalah bagian-bagianorganik yang telah terurai dan mengendap di dasar perairan tersebut.
Cacing sutera merupakan organisme hermaprodit yang memiliki dua alat kelamin jantan dan betina sekaligus dalam satu tubuh. Berkembangbiak dengan bertelur, proses peneluran terjadi di dalam kokon yaitu suatu segmen yang berbentuk bulat telur yang terdiri dari kelenjar epidermis dari salah satu segmen tubuhnya. Telur tersebut mengalami pembelahan, kemudian berkembang membentuk segmen-segmen. Setelah beberapa hari embrio dari cacing ini akan keluar dari kokon cacing ini mulai berkembang biak setelah 7-11 hari.
Cacing sutera yang dikenal sebagai cacing rambut ini dapat hidup pada subtrat lumpur dengan kedalaman antara 0–4 cm. Pada prinsipnya sama dengan hewan air lainnya, namun dalam kehidupannya cacing sutera ini senang dengan air, dan air memiliki peran fungsi yang sangat penting untuk hidup tumbuh berkembang dengan baik diperlukan kualitas air yang sesuai yaitu:
  • ·         pH : 5,5 – 8.0;
  • ·         Suhu yang baik antara 25–28°C;
  • ·         DO ( oksigen terlarut ) : 2,5 – 28 ppm; dan
  • ·         Untuk kebutuhan debit air secukupnya dan tidak terlalu besar mengingat cacing ini sangat kecil.
Cacing sutra tergolong hewan hermaprodit yang berkembangbiak melalui telur dengan pembuahan secara eksternal. Telur yang dibuahi oleh jantan akan membelah jadi dua sebelum saat menetas.

Makanan Cacing Sutera
Semua bahan organik yang dilembekkan alangkah bagusnya jika difermentasikan, jika difermentasikan akan meningkatkan kandungan nutrisi yang sangat dibutuhkan oleh cacing sutra. Di alam fermentasi itu terjadi secara alami, sehingga menumbuhkan tumbuhan ganggang yang berfilamen dan pakan alami seperti fitoplankton, zooplankton dan hewan kecil lainnya. Itulah sebagian makanan cacing sutra dialam. Untuk pakan budidaya cacing sutra yang paling efisien menggunakan ampas tahu yang di fermentasi, karena ampas tahu sudah steril dan lembek. Ampas tahu bisa ditambahkan lagi dengan buah-buahan, tepung ikan, dan bahan yang mudah didapat.

Pembuatan Media Hidup Cacing Sutera
      1.      Ambil lumpur kolam yg mengandung pasir yang sudah disaring
2.      Siapkan kotoran ayam  dan ampas tahu yg sudah difermentasi, bahan makanan tsb. dicampur dengan perbandingan kohe 1 ampas tahu 10.
3.      Pencampuran makanan tadi dicampur lagi dengan lumpur media. Dengan perbandingan makanan 1 lumpur halus 7. Kemudian diamkan selama minimal 1 hari.
4.      Teknik budidaya cacing sutera secara umum dapat dilakukan pada media lumpur yang dicampur dengan kotaran ayam dan bekatul, yg sudah difermentasi.

Panen
Untuk mencapai masa panen, budidaya cacing sutra sebenarnya tidak membutuhkan waktu yang lama. Jika cara beternak yang diterapkan sudah benar, maka cacing sutra sudah dapat dipanen setelah 8 sampai 10 hari sejak penebaran bibit. Setelah itu, hasil panen sudah dapat dijual di tempat-tempat penjualan pakan ikan atau di toko ikan.
Panen cacing sutera perdana sekitar 2 bulanan kemudian dapat dilakukan 7–10 hari sekali. Jika dibiarkan terlalu lama, maka jumlah cacing sutera akan berkurang kembali, karena secara alami terjadi persaingan antar-cacing itu sendiri.
Konsep panen cacing sutera ialah mengurangi koloni, yaitu jika bagian atas dipanen maka bagian bawah cacing akan tumbuh. Dalam satu wadah/nampan bisa menghasilkan 100-150 ml cacing sutera.Panen cacing sutera dilakukan setelah budidaya berlangsung beberapa minggu dan berturut-turut bisa dipanen setiap dua minggu sekali. Pemanenan cacing sutra dilakukan dengan mengambil cacing sutra yang ada dipermukaan bersama lumpurnya.Setelah terkumpul, hasil panen cacing sutra dicuci dengan jaring khusus sampai lumpur halus keluar. Kemudian tiriskan sebentar.Letakkan cacing sutrayang masih bercampur lumpur kasar kedalam wadah dg ketebalan 3-4 cm.

Mudah bukan? Selamat mencoba. Jadilah wirausaha muda yang #kreatif_inovatif.
Semoga bermanfaat. 

SUMBER : 
 
      edit

3 comments: